Jumat

A Letter By Charlie Chaplin

Geraldine putriku, aku jauh darimu, tetapi sekejap pun wajahmu tidak pernah jauh dari benakku. Namun, kau dimana? Di Paris di atas panggung teater megah. Aku tahu, dalam keheningan malam, aku mendengar langkahmu. Aku mendengar peranmu di teater itu, kau tampil sebagai putri penguasa yang ditawan oleh bangsa Tartar.

Geraldine, jadilah kau pemeran bintang, tetapi jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah. Duduklah dan bacalah surat ini, aku adalah Ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk tampil dan menggapai puncak kebanggaan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke angkasa bersama riuh suara tepuk tangan para pemirsa.


Geraldine putiku, kau tidak mengenalku dengan baik. Pada malam-malam saat jauh darimu aku menceritakan banyak kisah kepadamu, tetapi aku tidak pernah mengungkapkan penderitaan dan kesedihanku.


Ini juga kisah yang menarik. Cerita tentang seorang badut lapar yang menyanyi dan menerima sedekah di tempat terburuk di London. Ini adalah ceritaku. Aku telah merasakan kelaparan. Aku merasakan pedihnya kemiskinan. Yang lebih parah lagi, aku merasakan penderitaan dan kehinaan badut gelandangan itu yang menyimpan gelombang laut kebanggaan dalam hatinya.


Aku juga merasakan uang recehan sedekah pejalan kaki itu sama sekali tidak meruntuhkan harga dirinya. Meski demikian, aku tetap hidup.


Geraldine putriku, dunia yang kau hidup di dalamnya adalah dunia seni dan musik. Tengah malam saat kau keluardari gedung tater itu, lupakanlah para pemuja kaya itu.


Namun, kepada sopir taksi yang mengantarmu pulang ke rumah, tanyakanlah keadaan istrinya. Jika dia tidak punya uang untuk membeli pakaian untuk anaknya, sisipkanlah uang di sakunya secara sembunyi-sembunyi.


Geraldine putriku, sesekali naiklah bus dan kereta bawah tanah. Perhatikanlah masyarakat. Kenalilah para janda dan anak-anak yatim dan paling tidak untuk satu hari saja katakan: "Aku juga bagian dari mereka".

Pada hakikatnya, kau benar-benar seperti mereka. Seni sebelum memberikan dua sayap kepada manusia untuk bisa terbang, ia akan mematahkan kedua kakinya terlebih dahulu.

Ketika kau merasa sudah berada di atas angin, saat itu juga tinggalkanlah teater dan pergilah ke pinggiran Paris dengan taksimu. Aku mengenal dengan baik wilayah itu. Disittu kau akan menyaksikan para seniman sepertimu. Mereka berakting lebih indah dan lebih menghayati daripada kamu. Bedanya, disitu tidak akan kau temukan gemerlap lampu seperti di teatermu. Ketahuilah bahwa selalu ada orang yang berakting lebih baik darimu.


Geraldine putriku, aku mengirimkan cek ini untukmu, belanjakanlah sesuka hatimu. Namun, ketika kau ingin membelanjakan dua Franc, berpikirlah bahwa Franc ketiga bukan milikmu. Itu adalah milik seorang miskin yang memerlukannya. Jika kau menghendakinya, kau dapat menemukan orang miskin itu dengan sangat mudah. Jika aku berbicara kepadamu tentang uang, itu karena aku mengetahui kekuatan 'anak setan' ini dalam menipu.


Geraldine putriku, masih ada banyak hal yang akan aku ceritakan kepadamu, tetapi aku akan menceritakannya di kesempatan lain.


Dan aku akhiri suratku ini dengan, "Jadilah manusia, suci dan satu hati, karena lapar, menerima sedekah, dan mati dalam kemiskinan, seribu kali lebih mudah daripada kehinaan dan tidak memiliki perasaan".





Happy Overdose

Tidak ada komentar:

Posting Komentar